Langsung ke konten utama

Review: Kopi Java Preanger, Kopi Arabika dengan Aroma yang Kuat

(Java Preanger Coffee) 

Sebenarnya aku bukan master di bidang kopi, cuma gegara nonton liputan di TV1 tentang sejarah kopi di Indonesia. Dan mendengar nama gunung Manglayang disebut-sebut di sana 😁 Jadi merasa tergerak buat tahu lebih banyak, dan setelah itu aku jadi menemukan alasan kenapa Dee Lestari bikin novel filosofi kopi (walaupun belum pernah juga baca sih.. Hehe).

Ada cerita panjang dibalik segelas kopi yang kita minum, bahkan di negara eropa acara minum kopi udah jadi semacam kultur, tiada hari tanpa kopi. Mungkin itu juga yang membuat, kenapa dulu Belanda begitu agresif memberlakukan tanam paksa kopi di beberapa daerah di Indonesia.

Indonesia memang salah satu negara penghasil biji kopi terbesar dunia (kalau gak salah no 3 gitu ya?). Mulai dari sabang sampai merauke kita punya jenis kopi dengan cita rasa yang khas. Namun, sudah kenal dengan Java Preanger Coffee? Konon katanya ini adalah jenis kopi tertua yang pernah dibudidayakan di Indonesia.

Java Preanger Coffee atau Kopi Java Preanger (KJP) adalah jenis kopi Arabica yang di tanam di Jawa Barat makanya sama orang Belanda disebut "Java Preanger". Keunikan KJV dibanding kopi-kopi lain di Indonesia, adalah cita rasa otentik Arabica yang terdapat di kopi tersebut, yang gak didapat di jenis Arabica mana pun di Indonesia: kopi Sumatra, Bali, maupun Papua, bahkan mungkin di dunia. Hal ini disebabkan biji Kopi yang ditanam adalah keturunan murni kopi Arabica Kenya yang dibawa orang Belanda ke Jawa Barat, dan benihnya tidak tersebar (intinya benih langka, or something like that) . Sedangkan untuk kopi lainnya di Nusantara biji Kopi sudah mengalami percampuran, sehingga cita rasa Arabica nya pun tidak sekuat kopi KJP. (Mungkin cuma orang-orang yang ngerti kopi yang bisa rasain ya, coz aku sendiri buta kopi, jadi ya gitu deh... Cuma menurut aku yang awam ini, serius, aroma KJP emang juara banget.. Sampai kelepek-kelepek nyiumnya 😻☕).

Ngomong-ngomong soal jenis kopi, FYI, ada dua jenis kopi yang paling banyak di sebut-sebut (sebetulnya jenis kopi lebih banyak dari ini) yaitu Arabica dan Robusta. Kopi Arabica adalah jenis tanaman kopi yang ditanam di atas ketinggian 1000 km dari permukaan laut, konon ketinggian juga bisa mempengaruhi rasa kopi Arabica itu sendiri. Sedangkan untuk Robusta cenderung bisa tumbuh di dataran rendah, rasa tentu udah pasti beda. Pengolahannya sendiri juga beda, untuk Arabica, biji kopi disimpan sekitar 8 tahunan baru bisa diolah jadi kopi siap seduh, sedangkan Robusta hanya butuh waktu 5 tahunan saja, ini berdampak pada kadar keasaman kopi, Arabica memiliki tingkat asam yang berbeda-beda (semakin lama kopi didiamkan, biasanya di fermentasi, semakin berkurang kadar asamnya).

Menurut disbun.jabarprov.go.id Kopi Java Preanger tumbuh di 11 gunung di Jawa Barat: G. Cikurai, G. Papandayan, G. Malabar, G. Caringin, G. Tilu, G. Patuha, G. Halu, G. Beser, G. Burangrang, G. Tangkuban Parahu, dan G. Manglayang. Semua gunung itu adalah yang dianggap paling memenuhi syarat tempat tumbuh jenis kopi Arabica dengan aroma yang luar biasa ini. Bahkan kehebatan aroma dan rasa KJP smpai diakui dunia sejak jaman Penjajahan, dan diperkuat lagi dengan menjadi juara 1 semacam perlombaan kopi gitu di Atlanta, US tahun 2016 (berita bisa di search sendiri di Google, banyak) prestasi banget dong ya..

Nah menindak lanjuti info-info itu, akhirnya aku dan tim (cieee.. Kesannya serius banget..)  melakukan ekspedisi,  dan memilih G. Manglayang sebagai target operasi, berhubung yang paling dekat dari rumah😁 untuk mencari kebenaran Kopi Java Preanger ini, jangan-jangan cuma Hoax.. Hehehe

Kalau dari Ujung berung (kaki gunung Manglayang)  kamu cuma tinggal naik "sedikit" kurang lebih 25 km untuk menjangkau daerah Palintang, di mana Kopi Java Preanger (KJP)  dibudidayakan sama petani lokal. Kendaraan bisa masuk, jalan udah lumayan bagus, tapi kalau kamu mau jalan kaki ya boleh juga.. 😵😂.  Yang aku lihat untuk KJP versi G. Manglayang budidayanya masih sangat tradisonal, jadi kopi nya emang dibudidayakan sama petani lokal, ga ada campur tangan dari perusahaan-perusahaan besar apa lagi perusahaan asing 😝 jadi emang belum secara terang-terangan di eksploitasi untuk kebutuhan komersil. Gak tahu tuh untuk KJP yang tumbuh di 10 gunung lainnya..

(Kopi Java Preanger G. Manglayang, Bandung) 

Ini suami aku beli buat di rumah (gelas tidak termasuk, itu properti buat foto aja) , and u know what, kalau kamu mikir kami beli kopi ini di tempat kayak sentra oleh-oleh, kamu salah besar.. Hehe ekspektasi awal aku mikir yang jual bakal ada sepanjang jalan Palintang, yang ada sepanjang jalan itu cuma pohon pinus dan disela-selanya ditanami kopi doang, kami dapat ini di warung kecil gitu, itu juga nyarinya sampai ke atas banget udah berasa 2/3 perjalanan menuju puncak kayaknya.. Hehe dan harganya ternyata lumayan mahal (tambah perjuangannya). Menurut info harga Biji kopinya saja per kilo itu ada di kisaran 200 - 600 ribu (lebih mahal dari kopi Luwak?),  kebetulan warung yang kami sambangi menjual biji kopi dengan rate 300 ribu per kilo. Ada juga yang udah di jual tinggal seduh, harga per ons nya (100g) 35 ribu - 40 ribu, yang di gambar itu jenis Natural harganya 40 ribu, ada yang jenis Honey harganya 35 ribu. Nih kalau penasaran sama tempat jualnya, jauh baner dari kata cafe jaman now ya.. :

(Tempat Jual Kopi Java Preanger, Palintang, G. Manglayang) 

Mungkin sebagian orang gak percaya, tapi dari tempat yang begini, hadir cita rasa kopi yang ngalahin rasa kopi ala warung kopi Sta***cks. Tinggal pilih aja sebenarnya tujuan kamu ngopi,  mau ngopi beneran apa ngopi buat gaya-gayaan.. 😊 unbelievable!

Di warung itu gak cuma mentahan aja, Ada juga kopi seduhnya, satu cangkir harganya 10 ribu, lebih mahal dari kalau nyeduh kopi sasetan, tapi... Lagi-lagi, kamu kalau ngopi di cafe berapa? Kamu sebetulnya bayar mahal buat tempatnya ketimbang kopinya.. Wkkkkk (sambil goyang-goyangin telunjuk gaya ombak..).

Tapi karena sudah beli yang buat di bawa ke rumah di "cafe" ini akhirnta kita cuma makan gorengan bala-bala dan gehu + lontong. Abis itu pulang.. Barulah karena penasaran sama rasanya, agak bawahan dikit ada cafe lainnya, yang ini lebih kelihatan tempat nongkrong, karena dia punya tempat khusus parkir dan di kedainya itu ada kursi-kursinya juga, nah foto segelas kopi di awal tulisan yang kamu baca ini, dapet dari kedai ini, harganya lebih murah, cuma 5 ribu. Kadang lucu, tempat yang dibawah lebih bagus, aku pikir harganya lebih mahal dari warung yang di atas, ternyata salah lagi.. Hehe
(Kedai Kopi Pondok Sunda Buhun) 

Untuk rasa, menurut aku yang paling juara aromanya memang, seumur-umur aku cium aroma kopi, cuma ini yang menggetarkan hati.. Cie.. Cie (iyah, cium nya kopi sasetan mulu sih..) kalau rasanya, kebetulan pesannya kopi tubruk, aku icip-icip sesendok teh aja dan gak pake gula, rasanya pait bangettttt ga kuat, dan kayak ada rasa jamu-jamunya gitu, susah mendeskripsikan. Tapi kata suami sih ini enak, walaupun masih ninggalin rasa asem di tenggorokan (ini proses fermetasinya kurang lama kayaknya..). Kalau warnanya, dia emang gak hitam pekat, agak coklat kehijau-hijauan gitu, ga tau karena emang aslinya begini atau prosesnya beda. Kata teteh yang jualannya, biasanya KJP ini dicampurnya pake gula merah, kalau pengen rasanya manis, tapi adanya gula putih. Pas udah di tuang gula, baru deh rasanya lebih manusiawi.

Tekstur bubuk kopinya sendiri gak terlalu halus ya, pemirsa.. Beda sama kopi yang beredar kebanyakan di pasaran.  Ini aku buka sampelnya dari kopi siap minum yang aku bawa ke rumah.

(Tekstur Kopi Java Preanger) 

So, buat pecinta kopi boleh langsung menyambangi gunung-gunung yang disebutkan di atas tadi, soalnya kalau di cafe modern kayanya masih susah dapetin Espresso yang pake biji kopi KJP. Tapi kalau yang males dateng langsung ke tempat budi daya, tinggal duduk manis aja beli di online shop, udah ada koq yang jual😁.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Kuliner: Steak Moen-Moen, Murah Meriah Mantap

Satu lagi kuliner Bandung yang kayanya wajib dicoba. Kalau kamu sama kaya aku anggota BPJS (Budget Pas-pasan, Jiwa Sosialita) maka sudah tepat banget datang dan nikmati suasana dan hidangan steak, dengan harga yang gak akan nguras kantong. Dulu aku berpendapat warung steak dengan warna dominan kuning itu yang paling murah, ternyata ke sini-sini ada lagi yang lebih murah, dan makanannya juga lumayan oke. Awalnya sempet deg-degan juga masuk sini, soalnya suasananya kafe gimana gitu, takutnya harga air mineral aja bisa sampe 20 ribu, tau-tau kenyataan ngga sehorror itu kok. Percaya gak percaya, aku makan bertiga cuma habis 50 ribu doang, serius! Sayang struknya gak sempat aku foto sebagai barang bukti 😁 Meskipun sangat murah...  Tapi jangan underestimate dulu, nih lirik salah satu penampakan menunya, aku order tenderloin yang seharga 14,5 K aja. Salah satu menu steak moen-moen See?!  Menggiurkan bukan, kentangnya segede-gede apa, lebih banyak pula dari resto lain di ke...

Review: Totole Kaldu Rasa Jamur (Vegetarian Food)

Kesampaian juga mencoba kaldu Totole rasa jamur yang lagi happening banget di komunitas ibu-ibu sehat anti MSG 😁 Dari awal kemunculan produk ini yang hanya di jual di komunitas-komunitas, terus mulai bisa dibeli bebas via online, masih juga belum beli karena harganya mahal belum ongkir. Dan setelah maju mundur cantik buat beli, sekarang baru sempat beli, itu pun pas gak sengaja liat di swalayan ada yang begini. Walaupun akhir-akhirnya aku lebih suka belanja di internet. Sebetulnya Totole kaldu rasa jamur ini diperuntukan bagi para vegetarian, yang dari mulai ke kaldu-kaldu gak boleh ada unsur hewani. Dan semakin tenar dikalangan penggiat diet sehat bebas kolesterol, karena kaldu dari tumbuhan tidak mengandung lemak sama sekali, dan karena sangat alami dan tidak menggunakan MSG, maka ibu-ibu yang punya balita khususnya, berbondong-bondong lah membicarakan kaldu ini.. Hehe (Totole Kaldu Rasa Jamur)  Gambar di bungkusnya imut-imut banget, gemesinnnnn 😝😝😝 terus tuli...

Resep Kari Ayam Kampung

Terinspirasi dari tukang lontong kari yang suka lewat sekolahnya Badar, enak banget! Saya jadi pengen coba-coba bikin sendiri,  awalnya gak PeDe sih, mengingat resep ini kayanya buat koki kelas berat ya.. Bukan pemula kaya saya 😅 Masak tanpa ekspektasi soal rasa,  eh pas diicip-icip lumayan enak,  mirip-mirip kaya punya tukang lontong kari, dan sepertinya nanti akan bikin lagi plus lontongnya (apa sekalian jualan aja gitu ya? 😌...bhhaahaha 😂) Masih ada yang bingung apa bedanya kari dan opor? Sepintas dari foto mirip-mirip opor ya 😅 jelas aja,  bumbu dasarnya sama,  tapi setelah ditambah ini itu rasanya jadi beda banget. Untuk kari rasa rempahnya lebih strong, mungkin kari adalah versi indianya opor.. Maybe 😪 whatever,  Ini dia resep kari ayam kampung.. Waktu memasak: 60 menit Porsi: 2-3 orang Bahan: 🍛 500 g ayam kampung,  bersihkan potong sesuai selera 🍛 1 buah kentang ukuran besar, potong sesuai selera 🍛 2 lembar daun salam ...

Review: Nissin Mikuya Ramen Japanese Curry (Part 3)

Jenis-jenis ramen di Jepang cukup banyak, setiap daerah di Jepang bahkan memiliki jenis ramen yang berbeda. Yang paling aku inget adalah sapporo ramen dengan kuah miso. Aku pertama kali melihat jenis ramen ini di dalam film anime "kimi no na wa"... di mana di ceritakan tokoh utama berkunjung ke sebuah kedai ramen dan memesan jenis ramen dengan kuah miso. Sebetunya banyak referensi ramen dari tontonan kartun Jepang, seperti di dalam kartun Naruto, dan sebagainya. Dan meski hanya dalam bentuk kartun, tampaknya memang kelihatan lezat. Mungkin suatu hari kalau aku sempet berlibur ke Jepang, makanan yang akan aku buru pertama kali adalah ramen 😁 Kuah ramen biasanya terdiri dari aneka bumbu, dan yang dominan antara lain kecap ikan, kecap asin, kaldu tulang, dan sebagainya, untuk muslim tentu perlu "lihat-lihat" juga sebelum memakan, karena ada juga yang menambahkan minyak babi ke dalamnya. Tapi tidak sedikit juga yang menggunakan bahan baku tumbuhan yang halal. ...

Review: Mamasuka Spicy Topokki

Ini sepertinya akan menjadi camilan berikutnya kalau lagi konsen nulis novel... hehe awalnya aku sama sekali gak kenal makanan-makanan Korea, sampe suatu ketika aku tiba-tiba keranjingan nonton Drakor..😝 Drakor dampaknya parah banget di aku, selain bikin ide tulisan aku jadi mengalir (apa lagi kalau pas ngerjain gendre romance), makanan-makanna yang tampil di film nya langsung bikin nelen ludah semua, pengen coba T.T Selain itu juga, dampak lainnya aku jadi hobi juga coba-coba masak makanan Korea, meskipun kadang rasa autentiknya ya ngira-ngira juga, semoga aja bisa kesampaian pergi ke Korea ya buat ngerasain rasa aslinya.. Aamiin (kenceng banget dah). So, hari ini aku mau review salah satu makanan Korea produk lokal, tapi rasanya menurut aku bersaing sama produk-produk import yang pernah aku coba. Daftar Isi : Unboxing Topokki Harga Topokki instan Mamasuka Toppoki halal Unboxing Topokki Kali ini aku tertarik mencoba Toppoki rasa Spicy dari brand Mamasuka, bungkusnya rata-rata...