Asikkk.. Sudah hari Raya kurban, saatnya panen daging (lho..) hehe. Mendadak bau asap di mana-mana, memang gak asyik kali ya, Idul Adha kalau gak bakar-bakar daging.. Syukur-syukur bisa kurban juga 😊 Dan perlu waspada juga buat yang punya riwayat kolesterol dan darah tinggi, daging kambing bisa jadi musuh dalam selimut. Kalau aku pribadi sih memang gak terlalu suka daging kambing, yang pasti karena bau khas nya itu yang emang bikin pusing duluan sebelum di makan 😲 Nah, terinspirasi dengan hidangan sate maranggi waktu jalan-jalan lewat Purwakarta, padahal bumbunya cuma kecap aja, tapi rasanya selalu ngangenin. Sejarah sate maranggi sendiri, menurut sebuah artikel yang dilansir dari situs liputan6.com, kalau dulunya di Purwakarta ada seorang penjual sate jenis ini bernama Mak Ranggi. Dan setelah itu jenis sate yang dijual Mak Ranggi ini disebutlah sate maranggi. Adapun sate maranggi berbeda dengan sate biasa, yang mana dalam prosesnya sebelum dibakar, sate direndam dulu denga
(Gambar: mypositiveparenting.org) Buat ibu dan ayah yang baby nya siap untuk solid food pertamanya, mungkin mulai cari-cari info seputar MPASI ya. Apa lagi kalau baru anak pertama.. Pasti antusias banget (kalo aku pribadi baru melek tentang MPASI, khususnya MPASI homemade pas anak ke 2, tapi tak ada kata terlamabat.. 😊) Bicara MPASI, ada banyak jenis, mulai dari yang instan dan homemade, yang homemade juga banyak lagi cabang-cabangnya ada WHO, FC, BLW, dll... MPASI zaman now emang beragam.. Ga cukup anak di kasih asal judulnya bubur, selesai. Tapi setiap jenis ada rule nya. Kalau yang umum dan gencar di gembar-gembor ibu kader posyandu adalah MPASI WHO dan juga yang sangat di rekomendasikan menkes. Ada yang perlu diperhatikan untuk bikin MPASI ala WHO ( World Health Organization), simpelnya harus memperhatikan: tekstur, jenis, dan porsi, sesuai usia dede bayi nya. Juga wajib juga memperhatikan cara pengolahannya, harus bersih dan tepat cara pengolahannya. Untuk sekarang